Rabu, 20 Mei 2015

Konsep dan Penerapan Self-Directed Changers

       
     Self-directed changes adalah perubahan diri kearah yang lebih baik walaupun kenyataan hidup yang kurang mendukung perubahan tersebut.

     Self Directed Change meliliki beberapa tahapan, diantaranya :


a. Meningkatkan Kontrol Diri.


   Meningkatkan control diri yaitu, Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya (Harlock). Biasanya berupa perubahan besar dalam kebiasaan.
   
   Contohnya: misalnya seorang yang suka memakan makanan cepat saji ingin melepaskan dari kebiasaan tersebut karna tidak baik untuk kesehatan.



b. Menetapkan Tujuan


   Saat kita sudah memutuskan untuk melakukan perubahan diri, maka disaat itupun kita juga harus sudah menetapkan apa tujuan dari perubahan yang kita lakukan.

   Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk memakan makan cepat saji mungkin kita bisa menggantinya dengan makanan yang tampaknya sama tapi dibuat sendiri jadi lebih sehat atau menggantinya dengan alternative makanan sehat lainnya.


c. Pencatatan Perilaku
    


   Pencatatan perilaku maksudnya adalah kita mencatat hal apa saja yang bisa di rubah dari kebiasaan kita dan hasil dari perubahan tersebut.
   
   Contoh: misalnya jika kita mempunyai kebiasaan memakan makanan cepat saji, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk tidak makan makanan cepat saji. Misalnya dengan mengalihkan ke makanan yang sehat.



d. Menyaring Anteseden Perilaku
  


  Anteseden merupakan peristiwa yang dialami saat ini namun peristiwa tersebut merupakan akibat dari peristiwa sebelumnya. Menyaring anteseden berguna untuk mereview apa saja perubahan yang telah kita lakukan dan apa saja akibat yang telah kita terima dari perubahan tersebut.

   Contoh: selain memakan makanan cepat saji, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita.



e. Menyusun Konsekuensi Yang Efektif



  Jika kita sudah berhasil mengontrol kondisi yang memicu kebiasaan kita, kita perlu meningkatkan meningkatkan pengendalian diri, mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain dapat menerimanya.



 f. Menerapkan Pencana Intervenesi

   Setelah melakukan penyusunan, kita dapat menerapkannya dalam praktek perubahan diri. Apabila penyusunan yang dibuat benar-benar matang, hal tersebut dapat mempermudah dalam melakukan penerapan pencana intervensi dan dapat mencapai tujuan-tujuan yang kita mau.

   Misalnya, menghitung berapa pengeluaran dari membeli makanan cepat saji dalam sehari dari sebelum menerapkan tahapan ini sampai sudah menerapkan tahap ini.



g. Evaluasi


   Setelah melakukan enam tahap diatas, evaluasi menjadi tahap akhir untuk melihat berapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik dan mendapatkan hasil dari perubahan yang kita lakukan yang sesuai dengan harapan.



Sumber :
Atwater, E., 1983, Psychology of Adjustment, Personal Growth in a Changing Worls, 2nd Ed., Prentice Hall, New Jersey
Gibbons Murice (2002) The Self-Directed Learning Handbook
Goleman, Daniel (1996) Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional).Jakarta: PT Gramedia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar